Tahukah Anda jika trauma atau luka batin itu bisa diwariskan?
Trauma Orang Tua Bisa Memengaruhi Pola Asuh
Jika Anda sebagai orang tua merasa ada luka masa kecil yang masih membekas dan memengaruhi pola asuh, Anda wajib membaca ini sampai selesai!
Perlu Kita Ketahui!
Pengalaman traumatis yang dialami orang tua DAPAT MEMPENGARUHI perkembangan generasi berikutnya. Hal ini dikenal dengan ‘Transgenerational Trauma’. Trauma Ibu, bisa menjadi trauma kita juga.
Seorangistri yang pada masa kehamilannya merasa tidak di-support secara emosional oleh suaminya, dapat mewariskan perasaan sulit percaya (‘trust issue’) pada pasangan, sahabat, rekan kerja, atau anggota keluarga lainnya.
Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh Science Daily, disebutkan kalau TRAUMA MASA KANAK-KANAK dapat menempatkan pada RESIKO KESEHATAN FISIK dan MENTAL di kemudian hari.
Studi tersebut menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua yang memiliki pengalaman masa kecil yang merugikan memiliki risiko dua kali lipat mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD). Mereka juga empat kali lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental.
Selain itu, pengalaman masa kecil seorang ibu memiliki efek buruk yang lebih kuat pada kesehatan perilaku anak daripada pengalaman ayah
Bagaimana agar hal seperti ini tidak terjadi?
Bisakah kita ‘memutus rantai’ warisan ini? Ikuti webinar Deka Daily “Menyembuhkan Luka Batin Agar Terhindar dari Toxic Parenting”
Didampingi Pemateri Yang Berpengalaman 10 Tahun Lebih Dalam Psikologi Tumbuh Kembang Anak:
INTAN KUSUMA WARDHANI M.Psi, Psikolog
Mengawali karirnya sebagai Psikolog di tahun 2010, ibu dari satu putra ini kini bertugas sebagai Psikologi Klinis di Poliklinik Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Salah satu hal yang sangat diminatinya adalah psikologi tumbuh-kembang anak, karena ia percaya bahwa ‘creating positive memories’ atau membangun memori positif menjadi sumber daya bagi seorang anak untuk menghadapi naik-turunnya perjalanan hidup mereka kelak.
Memulai karir sebagai Radio Boadcaster, berlanjut menjadi penulis buku, editor in chief, hingga PR & Marcomm dan Trainer, akhirnya semuanya bermuara pada satu sebutan yang ia pilih: Pencerita.
Pencerita yang percaya bahwa hidup adalah tentang bagaimana berbagi cerita dan kemanfaatan untuk orang lain, dengan segala apa yang kita punya dan bisa. Dan inilah yang menjadi salah satu hal yang melatari lahirnya program Deka Daily.
33% Anak Indonesia miliki masalah kesehatan mental, namun hanya 4,3% orang tua yang deteksi anak mereka butuh bantuan.
Sumber: The Conversations , Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS)
Masalah kesehatan mental juga bisa dirasakan oleh generasi-generasi penerus dari mereka yang mengalami kejadian traumatis dari beragam kondisi. Hal ini perlu disadari karena dampaknya bukan hanya soal diri sendiri, akan tetapi juga bisa ke lintas generasi.